ADSENSE 336 x 280
Dokter mengakui patolog “Israel” mengambil organ warga Palestina tanpa persetujuan. Hal tersebut diselidiki Editor Timur Tengah The Guardian bernama Ian Hitam, sejak Desember 2009, dan dipublikasikan dalam sebuah video oleh Images From Palestine, Rabu (10/2/2016).
Israel telah mengakui bahwa patolog memanen organ dari warga Palestina, dan lain-lain, tanpa persetujuan dari keluarga mereka – praktek biadab itu diklaim berakhir pada 1990-an – dan dicurigai masih berlanjut hingga kini.
Pengakuan dinyatakan oleh mantan kepala institut forensik “Israel”, diikuti kemarahan berturut-turut sebuah koran Swedia. Media tersebut melaporkan bahwa “Israel” membunuh warga Palestina untuk menggunakan organ mereka sebagai bentuk balas dendam mereka terhadap para anti-Semit. Padahal penganut anti-Semit dicetuskan kaum Barat sebagaimana yang terjadi pada genosida di Perang Dunia I dan II.
Kabar mencengangkan ini muncul dalam sebuah wawancara dengan Dr. Yehuda Hiss, mantan kepala lembaga forensik Abu Kabir dekat Tel Aviv. Wawancara itu dilakukan pada tahun 2000 oleh seorang akademisi Amerika yang dirilis karena perselisihan antara “Israel” dan Swedia sebagaimana laporan pada surat kabar Stockholm Aftonbladet.
Televisi Channel 2 melaporkan bahwa pada 1990-an, spesialis di Abu Kabir memanen kulit, kornea, katup jantung dan tulang dari tubuh bangkai tentara “Israel”, mayat warga “Israel”, jenazah orang Palestina dan pekerja asing, sering tanpa izin dari kerabat.
ADSENSE Link Ads 200 x 90
box-sizing: border-box; color: #5c5c5c; font-size: 14px; line-height: 26px; margin-bottom: 8.5px; text-align: justify;">Militer “Israel” mengklaim bahwa program dari praktek itu memang pernah berlangsung, tetapi menambahkan, “Kegiatan ini berakhir satu dekade lalu dan tidak terjadi lagi.”
ADSENSE 336 x 280
dan
ADSENSE Link Ads 200 x 90
Hiss mengatakan, “Kami mulai panen kornea … apa pun yang dilakukan adalah sangat informal tanpa ada izin diminta dari keluarga..”
Namun, tidak ada bukti bahwa “Israel” telah sengaja membunuhi warga Palestina untuk mengambil organ mereka, seperti dilansir koran Swedia. Aftonbladet mengutip pemuda Palestina dari Tepi Barat dan Jalur Gaza yang mengatakan bahwa warga Palestina telah ditangkapi oleh pasukan “Israel” dan jenazah mereka kembali ke keluarga mereka dengan organ yang hilang. Wawancara dengan Hiss dirilis oleh Nancy Scheper-Hughes, profesor antropologi di University of California-Berkeley yang telah melakukan penelitian terhadap institusi Abu Kabir.
Associated Press mengutipnya bahwa Palestina bukan satu-satunya bangsa yang terkena dampak buruk penjajahn “Israel”. Sebab, “Israel” juga menuntut agar Swedia mengecam artikel Aftonbladet, menyebutnya sebuah “fitnah berdarah” antisemitisme. Namun Stockholm menolak, mengatakan bahwa itu melanggar kebebasan berbicara di negara ini. Menteri luar negeri saat itu kemudian membatalkan kunjungan ke “Israel”, seiring Swedia bergabung ke dalam Uni Eropa.
Penyelidikan lebih lanjut harus dilakukan masyarakat, karena “simbolisme, Anda tahu, dengan mengambil kulit dari penduduk (sudah memenuhi syarat) dianggap menjadi musuh, dan menjadi bahan pertimbangan simbolis, yang harus dipertimbangkan kembali.”
Hiss telah dicopot dari jabatannya pada tahun 2004, ketika beberapa rincian tentang pengambilan organ pertama kali dilaporkan, tapi ia masih bekerja di institut forensik.
Kementerian Kesehatan “Israel” mengklaim semua pemanenan organ sekarang dilakukan dengan izin. “Pedoman pada waktu itu tidak jelas,” katanya dalam sebuah pernyataan kepada Channel 2. “Selama 10 tahun terakhir, Abu Kabir telah bekerja sesuai dengan etika dan hukum Yahudi.”
Sungguh keterlaluan, “Israel” benar-benar tidak menghormati jasad manusia lain. Hasbunallah wani’mal wakiil.
Red : Adiba Hasan/antiliberalnews.com
(nahimunkar.com)